Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 18 Januari 2013

Cara Pembuatan Pupuk Organik Bokashi

13341146291351879843
Pupuk organik
Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang biasa digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan adalah bokashi.
Bokashi adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergajian, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan bantuan mikroorganisme aktivator yang mempercepat proses fermentasi. Campuran mikroorganisme yang digunakan untuk mempercepat fermentasi dikenal sebagai effective microorganism (EM). Penggunaan EM tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.
Di Jepang, bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih bokashi untuk lahan pertaniannya dikarenakan bokashi dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus.
Selain itu bokashi juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam bokashi biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.
Belum diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan bokashi. Padahal bila mau, bahan baku bokashi tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah
.
Cara Pembuatan
Bokashi cukup mudah dibuat sendiri.
1. Cara pembuatan bokashi jerami.
Bahan :
1. Jerami, dipotong sepanjang 5-10 cm (20 bagian)
2. Dedak (1 bagian)
3. Sekam (20 bagian)
4. Gula pasir (5 sendok makan)
5. EM4 (5 semdok makan)
6. Air (20 liter)

Cara pembuatan :
1. Larutkan EM4 dan gula kedalam air
2. Campur jerami, sekam dan dedak sampai merata
3. Siram adonan dengan larutan EM 4 sampai kandungan air adonan mencapai 50 % atau bila adonan dikepal air tidak menetes dari adonan, dan bila kepalan dilepas adonan akan megar.
4. Adonan digundukkan di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni selama 3-4 hari.
5. Suhu adonan dicek setiap 5 jam sekali. Pertahankan suhu adonan 40-50 o C, bila suhu lebih dari 50 o C karung penutup dibuka lalu adonan dibolak-balik kemudian kembali ditutup.
6. Setelah 4 hari bokashi selesai terfermentasi dan dapat digunakan sebagai pupuk.
Bahan-bahan organik lainnya dapat dibuat bokashi dengan campuran bahan serta cara membuat seperti diatas. Dapat pula dibuat bokashi ekspres (matang dalam 24 jam) dengan komposisi bahan sbb:
2. Bokashi jadi (20 bagian)
Jerami/daun kering/sekam/serbuk gergaji atau bahan lain yang dapat difermentasi (20 bagian)
Dedak (2 bagian)
Gula pasir (5 sendok makan)
Air (20 liter)
Cara membuat sama dengan di atas.

Cara Penggunaan
Bokashi dapat disebar merata di atas permukaan tanah dengan dosis 3-4 genggam /meter persegi. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih banyak. Kemudian tanah dicangkul atau dibajak, untk mencampurkan bokashi. Pada tanag sawah pemberian bokahi dilakukan pada saat pembajakan dan setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan. Setelah bokashi disebar, semprotkan 2 cc EM4/Liter air ke dalam tanah. Seminggu kemudian bibit siap ditanam.
Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar merata di permukaan tanah/perakaran tanaman. Penyiraman dengan EM 4 (2 cc EM4/Liter ) dilakukan tiap 2 minggu sekali.
sumber: Kompassiana.com

Minggu, 13 Januari 2013

CARA MEMBUAT KOMPOS SEDERHANA

 
Cara sederhana membuat kompos skala rumah tangga ini merupakan artikel tentang cara praktis dan sederhana dalam membuat kompos dari sampah organik yang dihasilkan rumah tangga. Sampah-sampah organik seperti dedaunan, sisa sayuran, buah-buahan dapat dimanfaatkan menjadi kompos.
Membuat kompos merupakan bentuk dari recycle, salah satu unsur dari 3 R. Sehingga dengan mengolah sampah menjadi kompos berarti ikut membantu mengurangi permasalahn yang disebabkan sampah. Selain itu, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan langsung sebagai media tanam ataupun pupuk organik.
Pengolahan sampahrumah tangga menjadi kompos dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan dengan berbagai cara. Dalam artikel ini, Alamendah akan membagikan tips sederhana untuk membuat kompos yang bisa dilakukan oleh rumah tangga baik yang memiliki lahan kosong ataupun hanya memiliki sedikit lahan terbatas bahkan tidak memiliki lahan sama sekali.
Sampah organik
Sampah ini dapat dimanfaatkan menjadi kompos
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Memiliki Lahan. Ini merupakan cara paling sederhana dalam membuat kompos namun hanya bisa dilakukan jika memiliki lahan (tanah) kosong.
  • Gali tanah sedalam 50-100 cm. Lubang dibuat dengan jarak minimal 10 meter dari sumur untuk menghindari tercemarnya sumur.
  • Isi lubang dengan sampah organik yang telah ditiriskan.
  • Tutup atau taburi sampah dengan tanah secara berkala untuk mengurangi bau.
  • Jika telah penuh, tutup lubang dengan tanah.
  • Setelah tiga bulan, lubang dapat digali. Hasil galian dapat digunakan sebagai kompos sedangkan lubangnya dapat digunakan untuk membuat kompos kembali.
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga Dengan Lahan Terbatas. Bagi yang rumahnya hanya memiliki sedikit lahan kosong, pembuatan kompos tetap dapat dilakukan.
  • Sediakan drum atau sejenisnya.
  • Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah.
  • Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah.
  • Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.
  • Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
  • Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kompos.
  • Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama tiga bulan.
  • Keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2 minggu. Kompos sudah dapat digunakan.
Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga yang Tidak Mempunyai Lahan. Bagi rumah tangga yang tidak memiliki tanah atau lahan kosong, pengolahan sampah menjadi kompos dapat dilakukan dengan menggunakan ember, pot, kaleng bekas, atau sejenisnya. Benda-benda ini sekaligus nantinya dapat dijadikan pot.
  • Sediakan ember, pot, kaleng bekas, ataupun wadah lainnya.
  • Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
  • Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari.
  • Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala.
  • Bila terdapat kotoran binatang bisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kompos.
  • Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan.
  • Wadah siap dijadikan pot dengan kompos di dalamnya sebagai media tanam.
Sobat Alamendah, demikian proses pembuatan kompos dari sampah organik bagi rumah tangga baik yang memiliki lahan kosong, lahan terbatas, maupun tidak memiliki lahan sekalipun.
Semoga mampu menginspirasi kita semua bahwa semua orang, di mana pun juga, dapat melakukan tindakan nyata dalam menangani permasalahan lingkungan utamanya sampah. Bahkan dengan cara-cara yang sederhana sekalipun.

Sumber :  recyclegreen.wordpress.com

Jumat, 11 Januari 2013

Membuat Pupuk Organik Jerami di Sawah!

Prinsip Bertani untung adalah penghematan biaya produksi, jika hemat biaya produksi tetap - untung, jika produksi naik - semakin untung.
Dengan selalu menggunakan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Semoga Para Sahabat Petani sudi memahami dan menghayati prinsip ini.
Salam lestari

Merugi..! Membakar Jerami di Sawah!
Jika jerami tidak diberikan untuk pakan ternak, dan atau dijual, janganlah dibakar! Dibanding keuntungannya, membakar jerami di sawah mempunyai kerugian dan dampak negatif bagi lahan dan ekosistem.

Pembakaran jerami, disadari atau tidak merugikan petani karena:
1. menimbulkan pencemaran udara serta berakibat pd penipisan lapisan ozon pelindung bumi
2. mengurangi ketersediaan bahan organik dalam tanah
3. mempercepat proses tanah/lahan menjadi kritis/tandus/sakit/tidak subur
3. pemakaian pupuk menjadi boros
3. membunuh mikroba tanah yg menguntungkan yg berada dilapisan olah tanah/top soil
4. menghilangkan potensi unsur hara makro & mikro yang bisa dipasok melalui jerami (N, P, K, Si dll)

Potensi panen jerami adalah 1,4 kali dari hasil panen padi (Kim & Dale - 2004), sehingga jika panen padi 8 ton gabah akan diperoleh jerami sebanyak 11,2 ton jika setahun panen padi dua kali potensi jerami ada 22,4 ton, jika selama 10 tahun, 2.240 ton jerami, wow, fantastis!

Kandungan unsur hara jerami (belum dikomposting) di Indonesia rerata adalah berkisar N 0.4%; P 0.02%; K 1,4%; dan Si 5,6% dan unsur hara lainnya.
Hasil analisis laboratorium terhadap kompos jerami (jerami yang sudah dikomposting) yang dibuat dengan menggunakan berbagai bioactivator berbeda-beda nilai haranya. Hal ini tergantung dari jenis mikroba yang digunakan, komposisi bahan, cara dan perlakuan saat pembuatannya. Namun demikian umumnya perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Data berikut adalah salah satu dari hasil analisis kompos jerami dengan penggunaan bioactivator "PROMI" dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, dari mas Isroi.
- Rasio C/N: 21; C-Organik: 35,11%; Nitrogen (N): 1,86%; Fosfor (P2O5): 0,21%; Kalium (K2O): 5,35%; Kalsium (Ca): 4,2%; Magnesium (Mg): 0,5%; Tembaga (Cu): 20 ppm; Mangan (Mn): 684 ppm; Zing (Zn): 144 ppm.
dari hasil analisis tersebut jika terdapat satu ton pupuk jerami/kompos jerami padi maka akan memiliki kandungan hara setara dengan kurang lebih 41,3kg urea, 5,8 kg SP36, dan 89,17kg KCl.

Membuat Kompos Jerami/Pupuk Organik Jerami
Berikut kiat mengomposkan jerami di lahan sawah petani dalam waktu 2-3 minggu tanpa proses penutupan "Terpal/plastik" dan tanpa "pembalikan":
1. siapkan activator "ragi kompos", buat larutan activator dalam ember.
2. kumpulkan jerami padi di pinggir lahan atau tengah lahan (mana yang paling mudah), tumpuk setinggi 10-15cm, padatkan dgn cara diinjak2, siram dengan larutan bio-activator sampai basah/lembab. Ulangi langkah tersebut sampai bahan jerami habis.
3. ukuran petakan dari tumpukan jerami panjang dan lebarnya bebas, namun tinggi tumpukan HARUS diusahakan minimum 80cm (agar diperoleh energi panas untuk proses deomposisi).
4. Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan tanah dari lahan tsb (seperti plesteran semen). Tipis saja tidak perlu tebal-tebal selain sebagai pemberat agar tumpukan tidak kabur tertiup angin, juga mampu mempertahankan kelembaban tumpukan tetap stabil. Keliling tumpukan tidak perlu diplester. Pertimbangan lain jika ditutup dengan terpal (takutnya terpalnya hilang!)
5. Amati proses pengomposan 5 hari sekali, SELALU USAHAKAN agar kondisi tumpukan LEMBAB, jika agak kering siram/percikan dengan air biasa secukupnya.
Jika kelembaban terjaga maka dalam waktu 2 minggu tinggi tumpukan akan menyusut 50% (separonya), dan jerami telah menjadi kompos dgn ciri coklat kehitaman, lunak, siap disebarkan merata ke lahan.

Kiat ini telah kami berikan pada teman-teman petani di wilayah DIY, Jateng. salam
Perlu diketahui dari pengalaman di lapangan bahwa proses pembuatan jerami dari bahan sebanyak 1 ton ternyata hanya menghasilkan 500-600 kg (terjadi penyusutan sekitar 40-50%).

Pupuk organik/kompos jerami meskipun mengandung unsur hara lengkap (makro & mikro) namun memang ketersediaannya relatif kecil, meskipun demikian hal yg lebih penting dari penyediaan pupuk organik/kompos jerami adalah peranannya dalam menghasilkan asam-asam  organik yang dihasilkan dari aktivitas mikroba pengurai. Oleh karena itu alangkah baiknya untuk terus menganjurkan memberikan bahan organik (matang) ke lahan oleh para petani, karena sebetulnya jika kandungan bahan organik pada lahan bisa 5% tanah sudah hidup dan subur.

Beberapa Kendala-kendala
Budihardjo Soegiarto: Saya pernah tanya ke petani di jalur pantura Jabar, kenapa mereka sering membakar jerami koq ga dikembalikan ke sawah. Jawabannya mereka mengejar waktu tanam, kalo jerami dikembalikan ke sawah nanti ngolah tanahnya berat karena jeraminya belum hancur waktu pembajakan akan dimulai. Di jalur pantura ini ada pembagian waktu pengairan sehingga jadwalnya cukup ketat, kalo kita telat ya bisa pada masa akhir akan kekeringan. Di sini juga budaya ternak tidak seperti di Jawa Tengah belum banyak, sehingga jerami ga laku kalo dijual untuk pakan. Kalo dibakar, mereka cepet ngolah tanah mengejar waktu tanam tetapi masih bisa mengembalikan unsur K ke tanaman. Jadi rasanya ga semua petani yaang bakar jerami ga ngerti pentingnya pengembalian jerami ke sawah, adakah teknologi pengomposan yang sangat cepat yang bisa menggugaah petani untuk mengembalikan jeraminya ke sawah. Teknologi pengomposan yang didemonstrasikan ke petani memang bisa mempercepat pengomposan tetapi masih relatif lama kalo mau mengejar waktu tanam. Kalo setelah padi padi kemudian tanam kedelai,mereka menutup lobang kedelai dengan abu jerami tersebut katanya untuk mempertahankan kelembaban tanah agar benih tumbuh baik, kenyataanya benih yang ditutup abu jerami itu tumbuhnya lebih baik. sekedar informasi yang saya dapat yang mungkin bisa menambah wawsan kita
Yang diajarkan ke petani selain ditutup terpal juga mesti dibalik balik Mas, jadi kalo skalnya untuk jerami satu hektar mereka merasa repot membalikknya bahkan ada yg ngajari jerinya di cacah, komentar petaninya kapan nyacahnya, dah tolong dibuat komposnya nanti tak beli aja komposnya, eh yang ngaajarin/demo ga menimpali

“ kita memang harus memahami posisi petani yang karena telah dirasuki "budaya instan" membuat para petani selesai panen tergopoh-gopoh untuk segera mengolah lahannya untuk ditanami kembali. Beberapa kasus malah menjelang panen para petani sudah membuat persemaian padi, sehingga lahan memang tidak ada kesempatan untuk istirahat. Peluang membuat kompos dari bahan jerami untuk saat ini memang mensyaratkan agar ada jeda lahan (masa istirahat) selama minimum 3-4 minggu. Jika alokasi waktu istirahat sangat pendek misal 1-2 minggu, nyaris sangat sulit untuk mengajak petani mengomposkan jerami pada lahan, meskipun dengan teknik sederhana, tidak perlu menggunakan metode "penutupan dan pembalikan bahan" 

Sumber: http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com